Kehidupan awal Constantinus I

[[Berkas:Medijana.jpg|jmpl|Sisa-sisa istana mewah di Mediana yang dididirikan oleh Constantinus I di dekat Naissus, kota kelahirannya.]]

Flavius Valerius Constantinus, nama aslinya, dilahirkan di kota Naissus (sekarang Niš, Serbia), bagian dari Provinsi Dardania di Moesia pada tanggal 27 Februari,[22] mungkin s. 272 M.[23] Ayahnya adalah Flavius Konstantius, orang Iliria,[24][25] dan asli dari Provinsi Dardania di Moesia (Dacia Ripensis kelak).[26] Constantinus kemungkinan hanya menghabiskan sedikit waktu dengan ayahnya,[27] yang adalah seorang perwira tentara Romawi dan termasuk salah seorang pengawal imperial Maharaja Aurelianus. Sang ayah, Konstantius, digambarkan sebagai seorang yang toleran dan memiliki ketrampilan berpolitik,[28] yang menapaki kariernya tahap demi tahap, dijadikan gubernur Dalmatia oleh Maharaja Diocletianus, salah seorang kolega Aurelianus dari Ilirikum, pada tahun 284 atau 285.[26] Ibu Constantinus adalah Helena, kemungkinan seorang Bitinia dengan status sosial rendah.[29] Tidak dapat dipastikan apakah baginda menikah secara sah dengan Konstantius, atau hanya menjadi selirnya.[30] Tidak ada kejelasan apakah Constantinus dapat berbicara bahasa Trakia, bahasa utamanya adalah Latin dan baginda membutuhkan penerjemah Yunani saat berpidato di hadapan publik.[31]

jmpl|400px|kiri|Orang tua dan saudara-saudari Constantinus, tahun dalam kurung siku mengindikasikan perolehan gelar minor.

Pada bulan Juli 285 M, Diocletianus mendeklarasikan Maximianus, koleganya yang lain dari Ilirikum, sebagai rekan-maharaja. Masing-masing maharaja memiliki istana sendiri, kekuasaan administratif serta tentera tersendiri, dan masing-masing memerintah dengan prefek praetoria terpisah sebagai deputi kepala.[32] Maximianus memerintah di Barat, dari ibu kotanya di Mediolanum (Milan, Italia) atau Augusta Treverorum (Trier, Jerman), sementara Diocletianus memerintah di Timur, dari Nikomedia (İzmit, Turki). Pembagian ini dianggap pragmatis: Empayar disebut "tak terbagi" dalam panegirik rasmi,[33] dan kedua maharaja dapat bergerak dengan bebas di seluruh Empayar.[34] Pada tahun 288, Maximianus menunjuk Konstantius sebagai prefek praetorianya di Galia. Konstantius meninggalkan Helena untuk menikahi Teodora, anak tiri Maximianus, pada tahun 288 atau 289.[35]

Diocletianus kembali membagi Empayar pada tahun 293 M, menunjuk dua Caesar (maharaja junior) untuk memerintah atas wilayah pembagian lanjutan di Timur dan Barat. Keduanya berada di bawah Augustus (maharaja senior) masing-masing, tetapi mereka dapat bertindak dengan otoritas tertinggi dalam wilayah kekuasaan masing-masing. Sistem ini kelak disebut Tetrarki. Penunjukkan pertama Diocletianus untuk jabatan Caesar adalah Konstantius; penunjukkan kedua adalah Galerius, yang berasal dari Felix Romuliana. Menurut Laktansius, Galerius adalah seorang yang brutal dan bersifat kebinatangan. Kendati sama-sama menganut paganisme dari aristokrasi Roma, baginda dipandang oleh mereka sebagai seorang sosok asing, seorang semibarbar.[36] Pada tanggal 1 Maret, Konstantius dipromosikan ke jabatan Caesar, dikirim ke Galia untuk memerangi pemberontakan Karausius dan Alektus.[37] Kendati terdapat implikasi meritokratis, Tetrarki tersebut mempertahankan peninggalan dari hak istimewa keturunan,[38] dan Constantinus segera menjadi kandidat utama Caesar di masa mendatang setelah ayahnya mendapatkan posisi tersebut. Constantinus mendiami istana Diocletianus, tempat baginda hidup sebagai pewaris ayahnya sebagaimana dihipotesiskan.[39]

Di Timur

[[Berkas:Istanbul - Museo archeol. - Diocleziano (284-305 d.C.) - Foto G. Dall'Orto 28-5-2006.jpg|jmpl|lurus|Kepala dari sebuah patung Diocletianus, Augustus Timur.]]

Constantinus menerima pendidikan formal di istana Diocletianus, tempat baginda belajar sastra Latin, bahasa Yunani, dan filsafat.[40] Lingkungan budaya di Nikomedia bersifat terbuka, fleksibel, dan kesosialannya luwes; Constantinus mampu berbaur dengan para intelektual baik dari kaum pagan mahupun Kristiani. Baginda mungkin menghadiri pengajaran yang diberikan Laktansius, seorang akademisi Kristiani dalam keilmuan Latin di kota tersebut.[41] Karena Diocletianus tidak sepenuhnya mempercayai Konstantius—tak satu pun dari para penguasa Tetrarki yang sepenuhnya percaya pada kolega mereka—Constantinus dijaga sebagai semacam sandera, suatu alat untuk memastikan Konstantius menunjukkan sikapnya yang terbaik. Bagaimanapun Constantinus tetap seorang anggota keluarga istana yang menonjol: baginda berperang bagi Diocletianus dan Galerius di Asia, dan melayani dalam beragam tribunat; baginda melangsungkan kampanye tentera terhadap kaum barbar di Danube pada tahun 296 M, serta bertempur melawan bangsa Persia yang berada di bawah kekuasaan Diocletianus di Siria (297 M) dan di bawah kekuasaan Galerius di Mesopotamia (298–299 M).[42] Pada akhir tahun 305 M, baginda telah menjadi seorang tribunus peringkat pertama, seorang tribunus ordinis primi.[43]

Constantinus telah kembali ke Nikomedia dari front timur pada musim semi tahun 303 M, sehingga turut menyaksikan awal mula "Penganiayaan Besar" yang dilangsungkan Diocletianus, penganiayaan terhadap umat Kristiani yang paling berat dalam sejarah Romawi.[44] Pada tahun 302 akhir, Diocletianus dan Galerius mengirim seorang utusan ke orakel Apollo di Didima dengan suatu pertanyaan terkait umat Kristiani.[45] Constantinus dapat mengingat kehadirannya di istana saat utusan tersebut kembali, ketika Diocletianus mengabulkan tuntutan kalangan istananya untuk melangsungkan penganiayaan secara universal.[46] Pada tanggal 23 Februari 303 M, Diocletianus memerintahkan penghancuran bangunan gereja baru di Nikomedia, membakar kitab-kitab suci yang terdapat di dalamnya, dan menyita hartanya. Selama bulan-bulan berikutnya, berbagai bangunan gereja dan kitab suci dihancurkan, orang-orang Kristiani kehilangan jabatan resminya, dan para imam dipenjarakan.[47]

Constantinus tidak memainkan peranan apapun dalam penganiayaan tersebut.[48] Dalam tulisan-tulisannya kelak baginda berupaya menampilkan dirinya sebagai seorang penentang dari "maklumat-maklumat berdarah" Diocletianus terhadap "jemaah Allah",[49] namun tidak terlihat indikasi kalau baginda melakukan penentangan secara efektif pada saat tersebut.[50] Meskipun tidak ada kalangan Kristiani kontemporer yang menantang Constantinus kerana baginda tidak berbuat apa-apa selama masa penganiayaan, hal ini tetap dianggap sebagai suatu beban politis sepanjang hidupnya.[51]

Pada tanggal 1 Mei 305 M, Diocletianus, sebagai akibat dari suatu penyakit parah yang dideritanya sejak musim dingin tahun 304–305 M, mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam suatu upacara paralel di Milan, Maximianus melakukan hal yang sama.[52] Laktansius menyatakan bahawa Galerius memanipulasi Diocletianus yang berada dalam kondisi lemah agar mengundurkan diri, dan memaksa dia untuk menerima para sekutu Galerius dalam suksesi imperial. Menurut Laktansius, orang banyak yang mendengarkan pidato pengunduran diri Diocletianus meyakini, sampai saat-saat terakhir, bahawa Diocletianus akan memilih Constantinus dan Maxentius (putera Maximianus) sebagai para penggantinya.[53] Namun yang terjadi tidak demikian: Konstantius dan Galerius dipromosikan menjadi Augustus, sementara Severus dan Maximinus Daia, keponakan Galerius, berturut-turut ditunjuk sebagai Caesar mereka. Constantinus dan Maxentius diabaikan.[54]

Beberapa sumber kuno merinci plot-plot yang dilakukan Galerius terhadap Constantinus dalam bulan-bulan berikutnya setelah abdikasi Diocletianus. Sumber-sumber tersebut menegaskan bahawa Galerius menugaskan Constantinus memimpin suatu unit untuk maju terlebih dulu dalam serangan kavaleri melalui rawa-rawa di tengah Sungai Donau (Danube), membuatnya terlibat dalam duel satu lawan satu dengan seekor singa, serta berusaha untuk membunuhnya dalam perburuan dan peperangan. Constantinus selalu tampil sebagai pemenang: singa dalam kontes tersebut kondisinya lebih buruk daripada Constantinus; Constantinus kembali ke Nikomedia dari Danube dengan seorang Sarmatia yang ditawan untuk diletakkan di kaki Galerius.[55] Tidak jelas sejauh mana kisah-kisah tersebut dapat dipercaya.[56]

Di Barat

Constantinus menyadari masih adanya bahaya tersirat di dalam istana Galerius, tempat baginda ditahan sebagai seorang sandera virtual. Kariernya bergantung pada penyelamatan yang dilakukan oleh ayahnya di Barat. Konstantius bertindak cepat dengan melakukan intervensi.[57] Pada akhir musim semi atau awal musim panas tahun 305 M, Konstantius meminta izin agar puteranya diperbolehkan membantunya dalam kampanye di Britania. Setelah minum sepanjang malam, Galerius mengabulkan permintaan tersebut. Propaganda Constantinus kelak mendeskripsikan bagaimana baginda melarikan diri dari istana pada malam hari, sebelum Galerius berubah pikiran. Baginda mengendarai kuda dengan kecepatan tinggi dari satu stasiun pos ke stasiun pos lainnya, melumpuhkan (hamstringing) kuda-kuda lain di belakangnya.[58] Pada saat Galerius terbangun keesokan paginya, Constantinus telah melarikan diri sedemikian jauh sehingga sulit dikejar.[59] Constantinus bergabung dengan ayahnya di Galia, di Bononia (Boulogne) sebelum musim panas tahun 305 M.[60]

[[Berkas:Constantine, York Minster.jpg|jmpl|kiri|Patung perunggu Constantinus I di York, Inggris, dekat tempat baginda memproklamirkan diri sebagai Augustus pada tahun 306.]]

Dari Bononia mereka menyeberangi Selat menuju Britania dan melakukan perjalanan ke Eboracum (York), ibu kota provinsi Britannia Secunda dan merupakan suatu pangkalan tentera besar. Constantinus menghabiskan waktu selama setahun di Britania utara dengan mendampingi ayahnya, melakukan kampanye tentera terhadap suku Pict di luar Tembok Hadrianus pada musim panas dan musim gugur.[61] Kampanye Konstantius, sebagaimana yang dilakukan Septimius Severus sebelumnya, kemungkinan berlanjut hingga jauh ke utara tanpa meraih kesuksesan besar.[62] Konstantius lalu menderita sakit parah, dan wafat pada tanggal 25 Juli 306 di Eboracum. Sebelum wafat, baginda menyatakan dukungannya untuk mengangkat Constantinus ke peringkat Augustus sepenuhnya. Chrocus, raja suku Alemanni, seorang barbar yang mengabdi pada Konstantius, kemudian memproklamirkan Constantinus sebagai Augustus. Pasukan yang setia pada Konstantius mengikutinya secara aklamasi. Galia dan Britania segera menerima kekuasaannya;[63] Sementara Iberia, yang baru menjadi wilayah kekuasaan ayahnya kurang dari setahun, menolaknya.[64]

[[Berkas:Bust of Constantine I from York YORYM 1998 23.jpg|jmpl|ka|Patung kepala Constantinus Agung yang terbuat dari marmer di Stonegate, York.]]

Constantinus mengirimkan Galerius sebuah pemberitahuan rasmi mengenai wafatnya Konstantius dan aklamasinya sendiri. Bersama dengan pemberitahuan itu, baginda menyertakan sebuah potret dirinya mengenakan jubah seorang Augustus.[65] Potret tersebut dilingkari daun-daun dafnah.[66] Baginda meminta pengakuan sebagai pewaris takhta ayahnya, dan melemparkan tanggung jawab pengangkatannya yang melanggar hukum kepada pasukannya, mengklaim kalau mereka telah memaksakannya kepada dia.[67] Galerius marah besar kerana pesan itu; baginda nyaris membakar potret tersebut. Para penasihatnya menenangkan dia, dan berpendapat bahawa penolakan langsung atas klaim Constantinus berarti perang.[68] Galerius terpaksa berkompromi: baginda memberikan Constantinus gelar "Caesar", bukan "Augustus" (jabatan ini sebagai gantinya diberikan ke Severus).[69] Untuk memperjelas kalau baginda sendiri yang memberikan Constantinus legitimasi, Galerius secara pribadi mengirimkan Constantinus jubah ungu tradisional kekaisarannya.[70] Constantinus menerima keputusannya,[69] kerana mengetahui bahawa hal itu akan menghapus keraguan mengenai legitimasinya.[71]

Rujukan

WikiPedia: Constantinus I http://www.ucalgary.ca/~vandersp/Courses/texts/jor... http://www.anders.com/lectures/lars_brownworth/12_... http://www.britannica.com/eb/article-9109633/Const... http://www.christtoconstantine.com/ http://www.constantinethegreatcoins.com/ http://www.evolpub.com/CRE/CREseries.html#CRE2 http://www.evolpub.com/CRE/CREseries.html#CRE8 http://findarticles.com/p/articles/mi_hb6404/is_2_... http://www.forumancientcoins.com/numiswiki/view.as... http://www.hermitagerooms.com/exhibitions/Byzantiu...